Dalam hal ini, diakui, media berperan penting untuk penyampai arah kebijakan BI tersebut kepada publik.
Dalam paparannya, Majid juga menjelaskan alasan BI mempertahankan tingkat suku bunga saat ini.
“BI mempertahankan tingkat suku bunga karena mempertimbangkan risiko-risiko ke depan,” katanya.
Dia mencontohkan situasi global yang mudah berubah, termasuk fenomena shutdown layanan publik di Amerika Serikat.
“Ada shutdown activity of public services oleh pemerintah AS. Dengan tidak ada aktivitas layanan publik, ekonomi Amerika melemah. Suka tak suka langsung tak langsung ini juga bisa berdampak ke perekonomian Indonesia,” ujar Majid.
Dia menegaskan, konsistensi kebijakan suku bunga penting agar masyarakat tidak bingung.
“Tidak pernah terjadi, misalnya, dalam enam bulan BI menetapkan suku bunga berubah-ubah, karena masyarakat bisa bingung terhadap arah kebijakan,” jelasnya.
Majid menuturkan, arah kebijakan BI saat ini relatif longgar, sejalan dengan upaya menjaga stabilitas sekaligus mendukung pemulihan ekonomi. Dia juga mendorong lembaga pemerintahan lain untuk memperkuat transparansi kebijakan.
“Kita mengharapkan ke depannya lembaga-lembaga pemerintahan lain semakin transparan terhadap arah kebijakan masing-masing, sehingga masyarakat bisa memandang Pemda maunya ke mana,” katanya.
Dia menyebutkan bahwa pertemuan rutin BI bersama pemerintah daerah merupakan bagian dari pembelajaran bersama mengenai isu-isu prioritas.
“Pertemuan-pertemuan rutin yang kami selenggarakan juga untuk pembelajaran bagi Pemda bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri. Muaranya adalah informasi kepada khalayak apa yang menjadi isu,” ujar Majid.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





