PADANG (SumbarFokus)
Di sudut Komplek Arai Pinang, RT 003 RW 004, Kelurahan Pegambiran Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, berdiri sebuah rumah sederhana yang penuh arti. Rumah berukuran 6×6 meter dengan dinding semi permanen dan satu kamar itu bukan sekadar bangunan, tetapi wujud nyata dari sebuah mimpi panjang pasangan Mulyadi dan Mutia Rani.
Sejak menikah pada 2014, Mulyadi dan Mutia menjalani hari-hari mereka di sebuah gubuk reyot. Gubuk itu berdiri di atas tanah kontrakan yang mereka sewa Rp1 juta setahun. Atap bocor, dinding lapuk, lantai kayu sering kali ambruk. Bahkan, ular dan hewan berbisa lain kerap masuk, menebar rasa was-was. Dengan tiga anak laki-laki yang tumbuh di tengah kondisi itu, Mulyadi dan Mutia hanya bisa berpegang pada doa dan kesabaran.
“Saya bekerja sebagai buruh harian di perusahaan perumahan dengan penghasilan yang pas-pasan, cukup untuk makan saja, rasanya mustahil punya rumah sendiri. Sementara istri juga bekerja di sebuah jasa cuci baju untuk menopang biaya keluarga,” ujarnya, baru-baru ini saat dikunjungi oleh media.
Namun, kejujuran dan kerja kerasnya tidak luput dari perhatian. Sang pemilik perusahaan, tersentuh oleh ketekunan Mulyadi, dengan menghadiahkan sebidang tanah kecil seluas 6×7 meter. Mulyadi sempat menolak. Karena saat itu ia tak punya uang untuk membangun.
Hingga suatu hari, sebuah informasi mengubah segalanya. Seseorang menyarankannya untuk mengajukan bantuan ke UPZ BAZNAS Semen Padang. Dengan penuh kerendahan hati, Mulyadi mencoba peruntungan itu. Doa yang ia panjatkan bertahun-tahun akhirnya terjawab.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.