“Perlu jembatan antara masyarakat dan lembaga permodalan, baik dari pemerintah maupun mitra swasta, agar ide-ide usaha yang tumbuh di desa bisa berkembang dan berdaya saing,” jelas Tuanku Bosa.
Sementara itu, Rahmat Saleh menyampaikan dukungannya atas inisiatif pemberdayaan masyarakat yang disampaikan oleh Tuanku Bosa.
Dia menilai, pendekatan berbasis potensi lokal merupakan strategi yang tepat dalam membangun kemandirian desa.
“Pembangunan itu tidak selalu harus dari atas. Ketika masyarakat di tingkat akar sudah bergerak, tugas negara adalah membuka ruang dan memberikan dukungan nyata,” kata Rahmat.
Ia menyoroti pentingnya sektor pariwisata berbasis masyarakat yang saat ini mulai dilirik banyak daerah sebagai sumber pertumbuhan baru.
Menurutnya, wilayah Talu memiliki keunggulan dalam keindahan alam dan kekayaan budaya yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan.
“Kita mendorong agar masyarakat turut aktif dalam pengelolaan homestay, jasa pemandu lokal, serta produksi kerajinan tangan. Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga pelestarian identitas dan kebanggaan lokal,” ujarnya.
Rahmat menambahkan, pengembangan pariwisata tidak boleh dilakukan secara instan, melainkan berbasis pendidikan dan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
Keberhasilan jangka panjang hanya dapat dicapai jika masyarakat memiliki pemahaman tentang pentingnya menjaga alam.
“Kita ingin pariwisata yang tumbuh tidak merusak, tapi justru menjaga dan menghidupkan kembali tradisi serta ekosistem,” katanya. “Kesadaran lingkungan perlu ditanamkan sejak dini sebagai bagian dari budaya.”
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.