PADANG (SumbarFokus)
Sabtu, 1 November 2025, menjadi salah satu hari paling bersejarah dalam hidup Fardianto. Setelah menempuh perjalanan panjang selama lima setengah tahun, pria asal Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, itu akhirnya mengenakan toga, menandai tuntasnya perjuangan sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu universitas di Padang.
Fardianto—atau Fardi, begitu ia akrab disapa—bukan sosok yang lahir dari jalan mudah. Latar belakangnya sederhana, berasal dari keluarga yang penuh kasih tapi jauh dari kemewahan. Ia tumbuh dalam lingkungan yang keras, di mana mimpi sering kali dianggap mewah dan cita-cita tinggi kerap dipandang tak realistis.
Ketika menyampaikan keinginannya untuk kuliah, tak sedikit yang menanggapinya dengan tawa kecil atau pandangan tak percaya. Nada meremehkan bukan tak pernah
didengarnya. Namun, bukannya menyerah, Fardi justru menjadikan semua keraguan itu sebagai bahan bakar semangatnya.
Berbekal tekad dan doa orang tua, ia berangkat merantau ke Kota Padang, kota yang menjadi tumpuan harapan banyak anak muda dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Di sana, ia belajar menyesuaikan diri dengan kerasnya kehidupan kota—bertahan di tengah keterbatasan, sambil terus berpegang pada satu cita-cita: menjadi sarjana.
Tak hanya berjuang di bangku kuliah, Fardi juga menapaki dunia jurnalistik. Ia menulis berita, meliput peristiwa, dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar. Dunia wartawan membentuknya menjadi pribadi yang lebih tangguh, berpikir kritis, dan peka terhadap realitas sosial di sekitarnya.
Dalam setiap liputan, ia belajar bahwa hidup adalah tentang proses—tentang jatuh, bangun, dan berjalan lagi.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





