BUKITTINGGI (SumbarFokus
Semakin banyak budaya lokal yang keberadaannya terancam punah. Hal ini menjadi sorotan bagi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Supardi. Menurutnya, kondisi ini muncul karena makin terkikisnya rasa cinta dan rasa memiliki terhadap berbagai budaya lokal tersebut.
Terkait hal ini, Supardi mengajak seluruh pemangku kebudayaan menaruh perhatian, termasuk niniak mamak, bundo kanduang, dan pemangku adat lainnya.
Dihadapan pada pemangku adat se-Kota Payakumbuh, di Bukittinggi, baru-baru ini, Supardi mengungkapkan berbagai kendala yang dijumpai berkenaan dengan hal ini.
“Saya yakin tidak banyak di antara kita yang tahu dengan Sirompak, Basijobang, Tari Podang, Talempong Batu, dan berbagai kesenian asli Payakumbuh. Ini aset kita, tetapi kita membiarkan kesenian itu punah,” papar Supardi.
Ditekankan, masyarakat Payakumbuh juga mulai meninggalkan berbagai kuliner tradisional. Bahkan, berbagai kuliner spesifik Payakumbuh tidak lagi dianggap sebagai kebanggaan.
“Botiah, pindik, galamai, ajik, kipang, itu beberapa makanan khas Payakumbuh. Kini nasib kuliner itu merana. Makanan ini dijajakan di lampu merah secara asongan, padahal dengan kuliner itu seharusnya ekonomi Payakumbuh bisa bergerak,” jelas Supardi.
Menurut Supardi, jika pemerintah dan masyarakat fokus mengolah dan memanajemen secara profesional kesenian dan kuliner ini, maka Payakumbuh bisa menjadi magnet wisatawan. Payakumbuh tidak lagi menjadi kota transit, tetapi sebagai kota tujuan.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.