Anggota DPR RI asal Sumatera Barat ini menambahkan, dengan pembangunan KEK Kesehatan Sanur, diharapkan terjadi pergeseran tren kunjungan warga Indonesia untuk berobat ke luar negeri menjadi lebih memilih Bali. Ini tidak hanya akan menghemat devisa, tetapi juga meningkatkan daya tarik Bali sebagai destinasi turis.
Namun, lanjut Nevi, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah persiapan sumber daya manusia yang berkualitas, baik tenaga medis maupun non-medis, untuk mengoperasikan fasilitas ini. Kerja sama dengan institusi kesehatan internasional menuntut standar yang tinggi dalam pelayanan dan operasional.
Pertanyaan juga muncul dari politisi perempuan PKS ini mengenai infrastruktur pendukung lainnya, seperti tempat peribadatan dan sistem pengamanan, terutama dari bencana alam seperti tsunami, mengingat lokasi KEK yang berdekatan dengan pantai.
Selain itu, lanjutnya, terdapat tantangan dalam memastikan ketersediaan listrik yang stabil, mengingat kebutuhan listrik di Bali yang selama ini bergantung pada suplai dari Pulau Jawa. Ini menjadi aspek kritis dalam kelancaran operasional KEK Sanur.
“Pekerjaan yang menjadi tantangan akhir yakni, terdapat usaha promosi intensif oleh PT IHC untuk memperkenalkan RS BIH ke pasar internasional, khususnya negara-negara yang warganya banyak berlibur ke Bali. Strategi promosi ini diharapkan akan memaksimalkan penggunaan fasilitas saat peresmian RS BIH pada April 2024,” ungkap Nevi.
Proyek ini, secara keseluruhan, tidak hanya diharapkan menjadi tonggak baru dalam sektor kesehatan Indonesia, tetapi juga sebagai magnet baru dalam industri pariwisata Bali dan Indonesia pada umumnya. (000/ril)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.