Acara ini menghadirkan pembicara utama Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti dan diskusi dengan beberapa narasumber, yaitu PYM SPDB Brigjen Pol (Purn) Edward Syah Pernong (Kesultanan Skala Brak, Lampung), PYM Addatuang Sidenreng XXV A. Faisal Andi Sapada dan Dr. Mulyadi, S.Sos, M.Si (akademisi UI).
Dalam pidato pembukaannya, Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono menyampaikan, kerajaan dan sultan Nusantara punya andil besar dalam rangka lahirnya Indonesia sebagai negara bangsa. Nono mengakui bahwa Republik ini lahir dari peradaban kerajaan dan kesultanan Nusantara.
Dikatakannya, keinginan raja dan sultan Nusantara agar bangsa ini kembali kepada UUD 1945 dan menempatkan MPR RI sebagai Lembaga Tertinggi Negara menurut Nono juga sama dengan gagasan dan pemikiran yang diterima dari berbagai daerah dan elemen masyarakat yang masuk sebagai aspirasi di DPD RI.
“Baik itu dari kalangan Purnawirawan TNI/Polri, akademisi dan Pemerhati konstitusi, tokoh masyarakat dan Keagamaan serta sejumlah organisasi masyarakat lainnya,” tutur Nono.
Dalam paparannya, Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyampaikan bahwa sebelum Indonesia merdeka, kepulauan Nusantara ini telah dihuni oleh kerajaan dan kesultanan Nusantara. Mereka ini masuk dalam kelompok Zelfbesturende Land Schappen, atau daerah-daerah berpemerintahan sendiri.
Sedangkan kelompok lainnya yang berada di Nusantara saat itu adalah kelompok nasyarakat Adat yang menghuni hutan atau wilayah berbasis suku, marga atau nagari. Mereka ini masuk dalam kelompok Volks Gemeen Schappen, atau suku-suku atau penduduk asli Nusantara.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.