Selanjutnya, dibahas mengenai indikator kesejahteraan (Inkesra) dalam pemaparan Kanzu. Di bagian ini, dijelaskan mengenai perkembangan indikator seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Angka Partisipasi Murni (APM), tingkat kemiskinan, gini ratio, hingga Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan capaian maupun tantangan kesejahteraan di Sumatera Barat.
Kanzu menekankan bahwa hubungan antara PDRB dan kesejahteraan tidak bersifat otomatis. Struktur ekonomi Sumbar, katanya, masih memiliki sektor-sektor yang belum optimal menyerap tenaga kerja berpendapatan rendah. Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan tidak selalu berbanding lurus dengan rasa sejahtera di tingkat rumah tangga. Daya beli menjadi penghubung terpenting antara kinerja ekonomi dan pengalaman hidup masyarakat, dan daya beli itu sangat dipengaruhi oleh harga pangan, ongkos transportasi, dan kebutuhan dasar lainnya.
Selain itu, kualitas pendidikan dan kesehatan disebut turut menentukan produktivitas masyarakat. Semakin tinggi kualitas dua aspek tersebut, semakin besar kemampuan masyarakat untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan antarwilayah juga diangkat, terutama mengenai bagaimana kualitas layanan dasar turut menentukan kecepatan penurunan angka kemiskinan.
Dalam pelatihan ini, BPS mengingatkan bahwa peran media menjadi sangat penting dalam membaca data. Jurnalis diharapkan terus menelusuri perbandingan antarperiode, memeriksa tren jangka panjang, dan mengonfirmasi data dengan kondisi lapangan. Media juga diharapkan berperan mengawasi kebijakan publik dengan menggunakan data resmi sebagai dasar evaluasi.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





