Mahyeldi menegaskan, pencegahan gangguan neurologis dapat dilakukan sejak dini dengan pengendalian faktor risiko. Gaya hidup sehat, olahraga teratur, pengelolaan stres, dan menjauhi rokok serta alkohol menjadi langkah kunci untuk menekan prevalensi kasus.
“Gangguan neurologis dapat dicegah sejak dini dengan mengendalikan faktor risiko, menerapkan pola hidup sehat, makan bergizi seimbang, berolahraga teratur, dan menghindari kebiasaan yang memicu penyakit,” sebut Mahyeldi.
Dia menambahkan, sejak 2023 Kementerian Kesehatan telah menetapkan stroke sebagai penyakit tidak menular prioritas yang dikendalikan melalui deteksi dini. Pemerintah Provinsi Sumbar juga menjalankan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) sebagai langkah konkret dalam menekan angka disabilitas dan kematian akibat penyakit tersebut.
“Kami berharap pertemuan ini menjadi wadah untuk berbagi pengalaman klinis serta menggali inovasi baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya bidang neurologi, agar masyarakat terhindar dari gangguan neurologis,” harap Mahyeldi.
Sementara, Ketua Kolegium Neurologi Indonesia Prof DR Dr Syahrul SpN Subsp NIOO(K) menekankan bahwa stroke menjadi penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan estimasi global, satu dari empat orang berisiko terkena stroke dalam hidupnya.
“Menurut data estimasi penyakit menunjukkan satu dari empat orang diperkirakan terkena stroke dalam hidupnya, dan setiap tiga detik ditemukan satu orang terkena stroke,” ujar Syahrul.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.