“Indikatornya dapat kita lihat dari banyaknya program pembinaan yang telah dilakukan Pemprov Sumbar melalui Dinas Pariwisata dan dinas terkait lainnya terhadap para praktisi desa wisata. Kita bisa lihat datanya di Jaringan Desa Wisata (Jadesta), di mana jumlah desa wisata di Sumbar terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Muhammad Fadhli yang juga dikenal dengan sapaan Ajo Wayoik tersebut.
Disimak dari sebaran desa wisata di situs jadesta.kemenparekraf.go.id terbaru, Sumbar saat ini memiliki 561 desa wisata, dan masuk dalam jajaran tiga besar provinsi dengan jumlah desa wisata terbanyak di Indonesia bersama Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Muhammad Fadhli meyakini, jumlah tersebut akan terus bertambah berkat pembinaan yang masih terus berjalan.
Pembinaan yang dilakukan Pemprov Sumbar, sambungnya, baik melalui pelatihan, pendampingan, awarding, dorongan keikutsertaan pada iven nasional, dan berbagai bentuk perhatian lainnya, sejauh ini telah membuat desa wisata di Sumbar menjadi salah satu motor kuat dalam perkembangan pariwisata di Sumbar.
“Pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism pada prinsipnya adalah pola pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat, sehingga hasil dari pariwisata itu langsung kembali pada masyarakat. Tentu ini adalah pola strategis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sesungguhnya,” kata Muhammad Fadhli yang saat ini juga menjabat Ketua Tim Satuan Tenaga Konselor Kepariwisataan Sumbar.
Muhammad Fadhli juga menilai, bahwa Pemprov Sumbar di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur, Mahyeldi-Audy, telah menelurkan berbagai kebijakan dan perhatian terhadap desa wisata, yang mejadi salah satu kunci bagi pertumbuhan pariwisata di Sumbar saat ini. Hal itu terbukti pula dengan sering kalinya desa wisata di Sumbar mendapat sorotan hingga ke tingkat nasional.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.