“Pilkada adalah open field bagi calon calon pemimpin. Proses ini penting dikawal. Bagaimana secara ideal, apapun yang disampaikan, betul betul terjawab dari hasil Pilkada nanti. Yang kita inginkan adalah enam bulan ke depan, masyarakat bisa bercengkerama dengan calon kepala daerah, dan masyarakat bisa menerima sepenuhnya, dan menimbang apapun dari pergerakan Pilkada,” ujar Fadly.
Ditekankan, siapapun itu calon kepala daerah, pemimpin Sumbar ke depan harus bisa menjawab keperluan masyarakat, memegang filosofi adat basandi Syara’ – Syara’ basandi kitabullah, dan menyajikan narasi terbaik yang bisa dipahami oleh masyarakat, karena bagi Fadly, komunikasi pada masyarakat itu sangat penting.
Sementara, Rahmat Saleh, menyebut bahwa perubahan ataupun status quo tidak mengacu pada subjek, namun pada pemikiran. Dengan kata lain, pelakunya bisa jadi orang yang sama, namun sistem dan pola pikir diubah dalam kondisi yang lebih baik. Selain itu, harmonisasi kepala daerah juga sangat penting.
“Salah satu yang membuat pemerintahan stabil adalah adanya harmonisasi hubungan gubernur dan wagub, kemampuan personal membangun tim. Keakuran kepala daerah, harmonisnya guberbur dan wagub, mendorong pemerintah bekerja fokus, sehingga pemerintahan berjalan baik,” sebut Rahmat.
Di sisi lain, Insanul Kamil lebih memandang sebagai seorang akademisi, yang melihat bawa perubahan merupakan keniscayaan. Pria yang akrab dengan panggilan Nanuk ini menyebut, semuanya mengalami perubahan. Perubahan justeru merupakan satu hal yang pasti terjadi. Namun dalam hal ini, apa yang harus diubah adalah model kepemimpinan.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.