“Di daerah seperti Mentawai, banyak warga yang belum memiliki dokumen pernikahan resmi. Ini menjadi kendala administratif bagi anak-anak mereka dalam mengakses pendidikan atau layanan kesehatan. Maka dari itu kami hadir untuk menjembatani hal itu melalui sidang isbat bersama KUA dan instansi terkait,” jelas Iskandar.
Di samping itu, pembangunan masjid juga menjadi salah satu bentuk konkret perhatian UPZ Baznas Semen Padang terhadap kehidupan keagamaan di pedalaman Mentawai. Salah satunya, Masjid Bahrul Ulum di Dusun Sutek’ Uleu, Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat.
“Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan dakwah, pendidikan agama, hingga tempat berteduh bagi para dai.
Mentawai Tak Pernah Sendiri
Di barat Sumatera, Mentawai bagai halaman terakhir dari buku yang sering terabaikan. Namun bagi UPZ Baznas Semen Padang, halaman terakhir itulah yang paling bermakna. Di sanalah ketulusan diuji, komitmen disempurnakan.
Mentawai bukan sekadar titik di peta, tapi ruang dakwah yang sunyi. Di sana, suara azan kembali menggema, anak-anak belajar huruf hijaiyah, dan saf-saf masjid perlahan terisi. Tak perlu sorotan kamera atau mimbar mewah—cukup ketekunan, kesabaran, dan cinta.
Ketika rombongan UPZ kembali ke Padang, mereka tak hanya membawa laporan kegiatan. Mereka membawa harapan—bahwa cahaya Islam akan terus menyala, bahwa dakwah tak pernah berhenti karena jarak, dan bahwa Mentawai, meski terpencil, tak pernah benar-benar sendiri. (000/sp)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.