Ketergantungan pada impor bahan makanan dapat ditekan, sementara keberlanjutan usaha tani dan peternakan rakyat semakin terjamin. Dengan demikian, rantai manfaat dari MBG tidak hanya berhenti pada anak-anak sekolah, tetapi juga menjalar hingga ke desa-desa dan kawasan produksi pangan lokal.
Sebagai Ketua Komite IV, Ahmad Nawardi menekankan bahwa MBG adalah program strategis yang harus didukung dengan kebijakan fiskal yang matang. Komite IV yang membidangi keuangan Negara, APBN, dan lembaga keuangan memiliki peran penting untuk memastikan alokasi anggaran bagi MBG berjalan efektif, efisien, dan tepat sasaran.
“Anggaran Negara bukan hanya angka di atas kertas. Melalui MBG, kita melihat bagaimana APBN hadir nyata dalam kehidupan rakyat. Setiap Rupiah yang kita kelola memberi gizi untuk anak-anak, membuka pekerjaan baru, sekaligus memberi pasar yang adil bagi petani dan peternak kita. Inilah wujud konkret dari keadilan fiskal yang kita perjuangkan,” ujar Nawardi.
Meski demikian, dia juga mengingatkan bahwa program sebesar MBG tentu akan menghadapi kendala dan kekurangan di tahap awal pelaksanaan. Hal tersebut menurutnya wajar, tetapi harus dijawab dengan semangat perbaikan berkelanjutan. Dia mengajak semua pihak untuk tidak berhenti pada kritik, melainkan bergotong royong membenahi kekurangan sehingga MBG dapat benar-benar sempurna.
“Kita harus memandang MBG sebagai gerakan kebangsaan, bukan sekadar program pemerintah. Kalau ada kendala di lapangan, mari kita benahi bersama. Kalau ada kekurangan teknis, kita cari solusi bersama. Yang penting adalah tujuannya jelas: anak-anak kita sehat, tenaga kerja baru tercipta, dan petani serta peternak kita sejahtera,” tegas Ahmad Nawardi.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





