Ia mengungkapkan bahwa banyak mahasiswa dan dosen UNP yang memiliki minat tinggi terhadap bahasa dan budaya Tiongkok. Karena itu, UNP merencanakan pembukaan program studi Bahasa Mandarin, program pertukaran mahasiswa dan dosen, riset bersama, program beasiswa dan pelatihan budaya, serta kelas bahasa Mandarin untuk masyarakat umum di Sumatera Barat.
“Kami percaya bahwa kerja sama ini akan membawa manfaat nyata—bukan hanya untuk UNP dan TFSU, tetapi juga untuk Indonesia dan Tiongkok dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan demi perdamaian dan kesejahteraan dunia,” ujarnya.
Krismadinata juga menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atas dukungan terhadap program tersebut.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tiongkok Yudi Chatim dalam sambutannya menyampaikan pengalaman pribadinya yang semula memiliki pandangan negatif terhadap Tiongkok, namun berubah total setelah menjalani studi di Wuhan pada 2006.
“Saya menyadari bahwa pemahaman saya tentang Tiongkok sangat sepihak. Setelah empat bulan belajar di Wuhan, pandangan saya berubah 180 derajat. Saya telah mempercayai terlalu banyak informasi dari satu sumber tanpa konfirmasi. Pepatah Cina mengatakan, bǎi wén bù rú yījiàn—mendengarkan seratus kali tidak sebanding dengan melihat sekali,” katanya.
Menurutnya, memahami budaya dan masyarakat suatu negara secara langsung sangat penting dalam membangun persepsi yang utuh.
“Tiongkok kini menjadi salah satu tujuan pendidikan terbaik di dunia, dengan program-program berstandar internasional. Sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Tiongkok periode 2022–2025, saya berkomitmen memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya,” ucapnya.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.