“Jadi jangan membeda-bedakan. Kalau satu aliran sama pemimpinnya maka dibantu, kalau beda tak mau membantu. Semua harus diayomi,” tuturnya.
Terkait dengan viralnya pernyataan Epyardi Asda tentang garin, menurutnya itu bukan penghinaan justru untuk memacu semangat garin agar terus berbuat untuk nagarinya.
“Itu bukan penghinaan, cuma itu digiring oleh orang-orang tertentu. Saya melihat justru beliau loyal. Ini bisa terlihat Pak Epyardi punya pondok pesantren dan masjid milik pribadinya. Ia juga dekat dengan ulama-ulama,” kata Tuanku Ismed.
Hal itu tidak lepas dari karakter kuat dan tegas Epyardi Asda yang tampil apa adanya.
“Itu lah beliau. Apa adanya dan memang ia tegas tapi niatnya tak lebih hanya ingin membangun nagari dan kampung halamannya,” ujar Tuanku Ismed.
Sebagai pemilik pesantren, Bupati Epyardi merasa terhomat bisa bertemu dengan ulama dan guru-guru tarekat yang juga memiliki pesantren dan pondok mengaji.
Dikatakan Epyardi, ia merasa senang karena bisa menjalin tali silaturahmi dengan ulama tarekat.
“Saya hanya bisa berharap buya, tuanku semua bisa menikmati keindahan Kabupaten Solok. Dan terkait karakter saya dan apa yang telah saya bangun di kampung halaman, ini semua bentuk pengabdian saya,”ucapnya.
Dijelaskannya, sebagai kepada daerah harus mempunyai karakter yang tampil untuk warganya. Dan ia pun mengakui tidak bisa lunak jika harus menipu rakyatnya.
“Biarlah saya menjadi diri saya sendiri, dari pada harus menipu rakyat saya. Niat saya hanya untuk mengabdi. Kalau pun ketegasan saya viral dan mendapat respon masyarakat, saya berharap itu bisa menjadikan kita semua tampil apa adanya,” ujarnya.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.