Payakumbuh menurut Winda, ialah metamorfosis. Kota kecil yang sedang merangkaki jalan perubahan. Perlahan merayap, perlahan tegak dengan busungan dada dengan segala pencapaiannya.
“Kota ini dibangun atas dasar mimpi puluhan ribu kepala yang mencintainya. Saya sendiri memahami Payakumbuh sebagai kota yang nyala. Dalam kenyalaan itu saya mencoba memulai pengabdian terbaik, biar bermakna, biar memberi makna,” tutur Winda.
Dijelaskan Winda, dirinya sudah membangun komunikasi dengan sejumlah pihak. Termasuk dengan beberapa tokoh, calon walikota atau wakil walikota, hingga partai politik. Komunikasi berlangsung dengan baik. Bahkan dikabarkan, sejumlah partai sudah menyatakan kesiapan untuk mengusung Winda.
“Alhamdulillah, komunikasi berjalan lancar. Doakan saja, yang pasti sudah ada pembicaraan dengan beberapa ketum partai, dan calon lain. Saya yakin, niat baik akan menemukan jalannya,” papar Winda yang menyabet gelar sarjana dari Universitas Indonesia.
Ketika ditanya, apakah maju sebagai calon walikota atau wakil, Winda belum menjawab pasti.
“Nanti, kita lihat dulu pergerakan politik ke depan. Pekan depan, saya sendiri mulai bergerak bersama sejumlah tokoh yang mendambakan perubahan,” ungkap Winda.
Datang dengan kecintaan penuh, Winda Lorita meninggalkan Jakarta dengan segala pencapaian yang dia rengkuh. Winda ingin membayar utang kenangan pada Payakumbuh, kota permai yang selalu ngiang di ruang pikirnya. Uni Winda menapak jalan baru, jalan pengabdian.
Payakumbuh bagi Uni Winda ialah mercusuar hidup. Itu kenapa dia pada akhirnya memilih jalan riuh, menapak jalan politik untuk menunaikan cintanya. Kini jalan telah dirambah, dia siap menghadang segala aral. (000)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.