Dari Solar ke Listrik: Yon Harmen Buktikan Ekonomi Bangkit dengan Electrifying Agriculture PLN

Pemilik Huller Nadira, Yon Harmen (51), memperlihatkan beras Caredek, hasil dari penggilingan huller-nya. (Foto: SISCA OS/SumbarFokus.com)

“Selain besar biayanya, solar itu sulit dicari,” ungkap Yon, saat dikunjungi di lokasi huller-nya, baru-baru ini.
Meski dengan solar, mesin huller-nya tetap berjalan, hasil produksi hanya berkisar empat ton beras per hari. Putaran mesin pun sering tidak stabil.

“Kalau pakai solar, RPM-nya naik turun. Itu berpengaruh ke kualitas beras,” diakuinya.

Bacaan Lainnya

Satu tahun lalu, Yon mengambil keputusan berani: beralih ke listrik PLN lewat program Electrifying Agriculture (EA). Ia memilih daya besar, 53.000 VA, yang khusus dipasok PLN UP3 Solok.

Dengan listrik, pengeluaran operasionalnya langsung terasa jauh lebih ringan. Kini, ia hanya mengeluarkan token listrik sekitar Rp1.000.000 untuk sepekan kerja penuh. Jika dibandingkan dengan biaya solar sebelumnya, jelas ada efisiensi besar.

Bayangkan, lima hari kerja dengan solar butuh biaya sekitar Rp1,6 juta. Dengan listrik, biaya yang sama hanya Rp1 juta bahkan untuk satu minggu penuh. Penghematan itu setara dengan margin ratusan ribu rupiah setiap pekannya. Angka itu jumlah yang sangat berarti bagi pengusaha di pelosok.

Pekerja di huller sedang menyalin beras hasil mesin penggiling. (Foto: SISCA OS/SumbarFokus.com)

“Hitungannya sangat bagus. Sangat irit dan efisien dengan listrik. Motor induksi bisa siap 24 jam. Tergantung operatornya saja,” kata Yon.

Lebih dari sekadar hemat biaya, listrik membawa efek berantai pada produksi. Jika dulu dengan solar hanya mampu menghasilkan empat ton beras per hari, kini ia bisa mencapai lima ton. Masuknya padi ke penggilingan pun meningkat, rata-rata delapan ton gabah setiap pagi.

Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.



Pos terkait