Dengan panjang lebar beliau menceritakan bagaimana masa kecilnya di Mato Aia memandang ke Bukit Indarung yang di kala malam penuh dengan cahaya lampu yang mengilaukan. Waktu itulah terbesit di hati Azwar Anas kecil bagaimana rasanya suatu hari kelak, ia bisa bekerja di PT Semen Padang tersebut. Impiannya itu akhirnya memang terwujud, tetapi dia masuk bukan saat lampu-lampu itu makin berkilau, justru sedang redup dan malah hampir gelap gulita karena waktu itu ada rencana untuk menjual PT Semen Padang sebagai besi tua.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras semua karyawan yang Bapak motivasi, PT Semen Padang yang hampir buntung justru bisa beruntung,” kata Pak Azwar kepada kami. Waktu itu, beliau menunjuk ponakannya, Caesar untuk mendampingi kami mencari berbagai dokumen tentang percajalan hidup beliau. Namun dalam perjalanannya, penulisan buku otobiografi Pak Azwar ini diserahkan ke Bang Abrar Yusra rahimahullah.
Ketika pesan Pres KJ masuk ke ponsel saya pada pukul 12.09 WIB Minggu siang kemarin itu, persis saya akan berangkat ke Tangerang via Jakarta dengan menyetir mobil sendiri, tak bisa melanjutkan membuka ponsel. Baru setelah tiba di Tangerang di sore hari saya periksa isi pesan ponsel lagi. Dan, sejumlah ucapan duka dari berbagai WAG saya lihat mengabarkan bahwa Pak Azwar telah tiada pada pukul 11.40 WIB, persis beberapa menit waktu Pres KJ me-WA saya. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. In syaallah, setelah diserahkan ke Negara pagi ini oleh putra beliau di rumah duka, Pak Azwar Anas akan dimakamkan di tempet peristirahatannya yang terakhir, Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selamat jalan Bapak.
Engkaulah Gubernur pendakwah yang sangat bersahaja. (*Penulis adalah Pemred www.sumbarfokus.com)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.