Ia menilai pertumbuhan ekonomi Sumbar akan bisa terus merosot jika tak ada terobosan. Termasuk akan semakin turun jika tol di Sumbar tak kunjung usai. Sumbar akan semakin tertinggal dibanding daerah-daerah yang sudah terhubung tol sepetti Lampung, Riau, Medan dan provinsi lainnya.
“Pertumbuhan ekonomi Sumbar, termasuk Payakumbuh erat kaitannya dengan perdagangan dan ini membutuhkan persaingan kemudahan transportasi serta distribusi, jika ada tol tentu lebih mudah. Ini sebuah keharusan,” katanya.
Persoalan lainnya di Payakumbuh yakni tingginya tingkat pengangguran. Payakumbih berada di nomor tiga dengan jumlah pengangguran terbanyak dibanding kota-kota lainnya di Sumbar.
“Ini persoalan yang harus diselesaikan, penagngguran, kemiskinan itu sangat berpengaruh pada kesejahteraan sosial. Ini menjadi PR ke depan,” katanya.
Selain itu, permasalah judi online juga sudah mengkhwatirkan karena telah menjadi candu. Banyak mahasiswa, termasuk mahasiswa asal Payakumbuh yang tersangkut biaya pendidikan karena judi online.
Bahkan berdasarkan data pemerintah pusat, penggunaan narkoba di area pedesaan, Sumbar tergolong daerah terbanyak dan itu tertinggi ada di Payakumbuh.
Belum lagi maraknya anak sekolah menghirup lem. Padahal, menurut Supardi dampaknya lebih cepat merusak ketimbang narkoba.
Supardi berharap lembaga seperti filantropi bisa jadi motor penggerak yang membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Termasuk kehadiran tokoh masyarakat, ninik mamak, alim ulama, bundo kandung penting dalam filantropi.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





