6. Bahasa Bersifat Dinamis
Dalam hal ini, maksudnya adalah bahasa itu tidak akan terlepas dari adanya kemungkinan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu. Apalagi bahasa itu berkembang mengikuti perkembangan budaya zaman, yang mana dua hal tersebut tentu tidak akan berhenti dan ajeg begitu saja, melainkan akan berkembang secara terus-menerus. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada semua tataran bahasa, mulai dari fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, hingga leksikon.
Tataran bahasa yang paling jelas kedinamisannya adalah pada leksikon. Pada setiap waktu tertentu, akan ada kosakata baru yang muncul, kemudian kosakata lama akan tenggelam tidak digunakan lagi, atau bahkan sebaliknya. Contohnya adalah kata “perigi”, “kempa”, dan “centang-perenang” nyatanya pada zaman sekarang ini sudah tidak dipakai oleh penutur bahasa. Sementara kata-kata seperti “riset”, “konklusi”, dan “pandemi” yang dulu tidak terlalu dikenal, saat ini sudah biasa dipergunakan.
7. Bahasa Itu Beragam
Dalam hal ini, meskipun bahasa itu mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi apabila disampaikan oleh penutur yang heterogen yang memiliki latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa dapat menjadi beragam. Beragam ini dapat dilihat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon.
Misalnya, Bahasa Jawa pada dasarnya mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi apabila dituturkan oleh masyarakat di Surabaya dan di Pekalongan, tentu saja akan “terlihat” berbeda.
8. Bahasa Bersifat Manusiawi
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.