Kata ‘menaikan’ dan ‘menaikkan’ memang terdengar sama. Barangkali hal itulah yang menyebabkan pengguna bahasa sering membenturkan penggunaan kedua kata tersebut. Selain itu, mungkin juga pengguna bahasa tidak menyadari ada peristiwa morfofonemik yang terjadi pada kata menaikan sehingga tidak menyadari bahwa makna kedua kata itu sesungguhnya berbeda.
Dalam peristiwa morfofonemik, fonem /t/ pada kata menaikan mengalami peluluhan. Harimurti Kridalaksana dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (Gramedia: 2009) menyebutkan bahwa fonem /t/ akan mengalami peluluhan apabila morfem dasar yang diawali oleh fonem /t/ bergabung dengan afiks /me-/, /me-kan/, /me-i/, /pe-/, dan /pe-an/ kecuali pada morfem dasar yang berasal dari bahasa asing atau morfem dasar yang berprefiks ter-. Contohnya menata (/me-/ + /tata/), menidurkan (/me-kan/ + /tidur/), dan menelusuri (/me-i/ + /telusuri/).
Selain kata menaikan dan menaikkan, banyak juga kata-kata yang penggunaanya sering tumpang tindih karena kata tersebut terdengar sama, tapi sesungguhnya memiliki makna berbeda, misalnya dokter dan doktor; pimpinan dan pemimpin; serta autodidak dan autodidaktik.
Kesalahan penggunaan kata seperti ini tidak bisa disepelekan.
Kesalahan penggunaan kata bisa menyelewengkan pesan atau informasi pada sebuah tulisan. Oleh karena itu, pengguna bahasa semestinya lebih berhati-hati dalam menggunakan kata, khususnya kata-kata yang terdengar sama, tapi sesungguhnya memiliki makna berbeda.
Kesalahan penggunaan kata seperti ini akan mengubah makna tulisan sehingga pesan atau informasi tidak tersampaikan dengan semestinya.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





