Gempa tektonik mulai terdeteksi dan dipelajari secara mendalam sejak penemuan teori lempeng tektonik oleh Alfred Wegener pada tahun 1912. Wegener menyimpulkan bahwa lempeng tektonik merupakan lapisan kulit bumi yang bergerak, dan bahwa interaksi antar lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa bumi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para ahli geologi dan tektonik lainnya, sehingga pada tahun 1960-an teori lempeng tektonik telah menjadi teori yang diterima secara luas di kalangan ilmuwan.
Gempa tektonik pertama kali terjadi, karena gempa bumi telah terjadi sejak bumi terbentuk. Namun, sejarah catatan gempa bumi dimulai sejak zaman kuno, ketika manusia mulai mencatat kejadian gempa bumi yang terjadi di wilayah mereka. Catatan pertama tentang gempa bumi ditemukan dalam sebuah tablet kuno di Mesopotamia, yang menceritakan tentang gempa bumi yang terjadi di wilayah tersebut pada tahun 2200 SM. Sejak saat itu, banyak gempa bumi yang tercatat dalam sejarah, dan teori lempeng tektonik telah membantu para ilmuwan memahami penyebab gempa bumi.
Gempa tektonik terbesar yang pernah tercatat adalah gempa bumi di Chile pada tahun 1960, yang memiliki magnitude 9,5. Gempa ini terjadi di sepanjang garis sesar Chile, yang merupakan salah satu garis sesar terpanjang dan paling aktif di dunia.
Gempa ini menyebabkan tsunami yang melanda wilayah pantai Chile dan juga negara-negara tetangga, seperti Peru, Argentina, dan Amerika Serikat. Gempa ini menyebabkan kerusakan yang serius di wilayah tersebut, dan menewaskan lebih dari 5.000 orang
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





