Dwi benar-benar melaksanakan amanat dari sang ibu, Setiati, agar dirinya tak pernah meninggalkan salat, juga melakukan puasa sunnah, sekuat dia bisa.
“Jika tidak ada kegiatan luar kota, saya ‘Senin-Kamis’ (red-puasa Sunnah). Jika kegiatan luar kota, jadi musafir, biasanya tidak puasa,” imbuhnya.
Benar-benar tauladan, sosok Dirlantas yang pernah menerima Presisi Award ini.
Diakui, perilaku yang saat ini menjadi kebiasaan bagi dirinya adalah buah dari didikan orang tua. Salat menjadikan seseorang disiplin, pandai menempatkan skala prioritas, dan selalu ingin menjaga akhlak. Meskipun kedua orang tua tidak memiliki latar belakang pekerjaan sebagai alat Negara, namun kedisiplinan yang diajarkan melalui penanaman kebiasaan jangan meninggalkan salat adalah didikan bawaan dari orang tua yang memiliki jiwa yang besar.
Polisi yang pernah menjabat Kapolres Agam dan Dirlantas Polda Riau ini mengaku, tak hanya soal didikan, sosok ibu sendiri merupakan sesosok manusia yang sangat penting bagi dirinya. Ibu adalah yang didahulukan. Di tengah rutinitas, kesibukan, atau apapun kondisi, selagi dia bisa mendahulukan sang ibu, maka tak ada kata lain bagi seorang Dwi Nur Sulistiawan.
Seperti saat itu, tengah serius berbincang dengan wartawan, masuk panggilan dari sang ibu di seberang sana. Begitu melihat nama panggilan masuk, Dwi meminta izin pada wartawan untuk mengangkat telepon, sedangkan beberapa panggilan lain yang masuk sebelumnya, tidak diangkat oleh Dwi, karena tengah serius berbicang.
“Ya kan ibu itu orang tua kita. Harus diutamakan. Meskipun sedang rapat, pasti saya akan angkat telepon dari ibu. Apapun kondisinya, bisa saja tetap angkat telepon ibu kita. Jika memang sedang tidak bisa bicara banyak, karena sedang kegiatan misalnya, kan bisa izin untuk nanti telpon lagi, atau apa. Saya tidak pernah menunda untuk menjawab ibu,” tegas Dwi.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.





