Sebagai bagian dari langkah transisi energi, PLN juga telah menerapkan co-firing di 46 PLTU, dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan substitusi batu bara. Inisiatif ini akan diperluas menjadi 52 PLTU pada tahun 2025.
Suroso melanjutkan, PLN akan memulai perdagangan karbon di 55 PLTU melalui mekanisme carbon trading. Selain itu, PLN telah mengeluarkan inovasi produk hijau melalui layanan Renewable Energy Certificate (REC). Langkah ini bertujuan untuk mendorong pengurangan emisi karbon secara efektif di sektor energi.
“Di masa depan, PLN juga akan mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dengan kapasitas besar, seperti tenaga surya, tenaga air, dan tenaga angin,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov menilai peran penting PLN dalam mempercepat transisi energi dari pembangkit berbasis fosil ke energi terbarukan.
“Melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), Indonesia menargetkan penambahan sekitar 51 persen pembangkit listrik akan berasal dari energi terbarukan pada tahun 2030. Ini adalah langkah yang sangat progresif menuju masa depan yang lebih hijau,” katanya.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.