PADANG (SumbarFokus)
Diakui oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Endang Kurnia Saputra, persepsi untuk investasi di Sumbar belum baik. Menurutnya, Sumbar dipersepsikan sebagai daerah rawan bencana, sulit untuk akuisisi lahan, terkendala untuk land clearing, atau lainnya. Endang menekankan, hal tersebut perlu dihilangkan dari pemikiran para calon investor agar Sumbar semakin dilirik untuk investasi. Oleh karena itu, promosi investasi harus terus dilakukan.
“Perekonomian Sumbar secara ril tumbuh positif, sekitar 3 persen, dengan pertumbuhan sebesar 5,4 persen dan inflasi sebesar 2,2 persen. Itu sangat baik. Dalam kondisi normal, harusnya sudah bisa mendorong investasi masuk,” ungkap Endang, Rabu (16/8/2023), dalam kesempatan media briefing bersama para wartawan.
Terkait upaya menstimulasi ketertarikan investor, BI Sumbar sendiri melakukan berbagai langkah konkret, seperti menggelar ajang-ajang promosi.
“Dalam waktu dekat, BI akan promosi investasi di Bali,” sebut Endang.
Ditambahkan oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Sumbar Christoveny, yang saat itu juga bersama dengan Deputi Kepala Perwakilan BI Sumbar Dandy Indarto, terkait upaya menumbuhkan minat investor untuk berinvestasi di Sumbar, BI Sumbar sendiri sudah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Sumbar dalam mengadakan berbagai ajang.
“Promosi kepada investor juga dilakukan. BI membantu melihat proyek-proyek investasi yang clean and clear, bahwa investasi di Sumbar sudah banyak yang bisa dilakukan. September nanti di Bali, kita akan membawa proyek-proyek tersebut untuk diperkenalkan pada para investor. BI juga menyusun kajian dengan Unand, mengkaji mengenai proyek investasi yang potensial di Sumbar,” terang Christoveny.
Sejak 2021, dikatakan, juga sudah dicanangan Sumbar Ramah dan Bersih, yang juga merupakan bagian dari upaya mengubah persepsi, sehingga semua pihak melihat bahwa Sumbar tidak lagi tertutup.
“Sumbar terbuka untuk semua, termasuk investor,” imbuhnya.
Selain mendorong iklim investasi yang baik di Sumbar, pertumbuhan ekonomi baru di Sumbar juga bisa didorong dengan sejumlah strategi, antara lain menggiatkan sektor pariwisata, meningkatkan inklusivitas ekonomi, menguatan lumbung pangan, melakukan upaya sinergi pengendalian inflasi – yang dalam hal ini diwujudkan oleh BI melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), dan perluasan digitalisasi.
Tujuh program dalam GNPIP
Dikemukakan oleh Kepala BI Sumbar Endang Kurnia Saputra, GNPIP sendiri terdiri dari tujuh rangkaian program. Ketujuh rangkaian ini merupakan upaya untuk menekan laju inflasi.
Rangkaian program tersebut terdiri dari optimalisasi pelaksanaan OP/Pasar Murah/SPHP, optimalisasi fasilitasi distribusi melalui Subsidi Ongkos Angkut, dan perluasan dan penguatan KAD antar provinsi dan intra provinsi.
Selanjutnya, program yang keempat, adalah penguatan ketahanan komoditas pangan strategis, yang dilakukan melalui implementasi best practices pertanian organic pada beberapa daerah sentra produksi, implementasi best practices digital farming, pembangunan Toko Pengendalian Inflasi Pesantren, pengembangan program Pesantren Pendukung Ketahanan Pangan, dan pelaksanaan gerakan urban farming melalui berbagai inisiasi.
Kemudian, program yang kelima adalah peningkatan pemanfaatan alsintan dan saprodi melalui bantuan alsintan kepada kelompok-kelompok tani. Selanjutnya, GNPIP diwujudkan melalui penguatan insfrastukrut TIK, digitalisasi, dan data pangan melalui integrasi data.
“Program terakhir, yang ketujuh, adalah penguatan koordinasi dan komunikasi melalui pelaksanaan HLM TPID Provinsi serta kabupaten/kota, rakor teknis, capacity building TPID, dan sosialisasi/imbauan di berbagai kanal media,” pungkas Endang. (003)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.