Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Ilustrasi. (Foto: ist.)

PADANG (SumbarFokus)

Ejaan memiliki fungsi sebagai landasan pembakuan tata bahasa, pembakuan kosakata dan istilah, alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, dan membantu memahami informasi bagi pembaca.

Bacaan Lainnya

Ejaan bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan seiring berkembangnya waktu. Perubahan tersebut terjadi sejak dari tahun 1901 hingga saat ini (2022). Sudahkah Anda tahu bagaimana sejarah ejaan bahasa Indonesia? Berikut penjelasannya.

Sejak tahun 1901, ejaan masih dalam bahasa Melayu dan merupakan imbas dari gerakan pembaharuan ejaan pada abad ke-19. Saat itu, terdapat sebanyak 31 bahasa modern yang ejaannya juga diperbarui selain bahasa Indonesia.

Sejarah ejaan bahasa Indonesia dimulai saat penetapan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan tersebut berisikan huruf-huruf Latin dengan sistem ejaan berdasarkan bahasa Belanda yang disusun oleh Charles A. Van Ophuijsen.

Van Ophuijsen adalah inspektur pendidikan bagi penduduk Sumatra yang pada 1896 ditugaskan oleh pemerintah kolonial Belanda merancang sistem ejaan dasar untuk dipakai dalam pengajaran.

Perubahan yang dilakukan oleh Charles A. Van Ophuijsen dibantu juga oleh Engku Nawawi dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Berkat adanya gerakan pembaharuan tersebut, bahasa Melayu yang awalnya menggunakan huruf Arab Melayu berubah menggunakan huruf Latin.

Penggunaan huruf Arab Melayu atau abjad Jawi digunakan sejak zaman Kerajaan Pasai dan menjadi tulisan resmi di negeri Melayu pada masa kolonialisme. Ejaan van Ophuijsen hanya berlaku hingga tahun 1947.

Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Ophuijsen ini terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I 1938 di Solo. Namun baru 9 tahun kemudian terwujud dalam sebuah Putusan Menteri Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan, 15 April 1947, tentang perubahan ejaan baru yang dikenal sebagai Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.

Disebut ejaan Soewandi karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.

Perubahan paling mutakhir dilakukan pada 16 Agustus 2022 lalu ketika Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek mengeluarkan pedoman terbaru yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau EYD.

EYD 2022 sebagai pedoman dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menggantikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang pernah terjadi dalam ejaan bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:

  • Ejaan Ophuijsen (1901)
  • Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947—1956)
  • Ejaan Pembaharuan (1956—1961)
  • Ejaan Melindo (1961—1967)
  • Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967—1972)
  • Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972—2015)
  • Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2015—2022)
  • Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD Edisi V) (2022)

Itulah sejarah perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat! (006/BBS)

Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News SumbarFokus.com. Klik tanda bintang untuk mengikuti.



Pos terkait